Wednesday, October 17, 2012

Asem @ Oktober 2012

Pohon asem ini memberi pesan bahwa cinta pada pandangan pertama itu bukanlah segalanya. Rasa yang bergejolak sesaat setelah pandangan pertama bisa menyesatkan. Rasa ... ya rasa. Bonsai adalah soal rasa. Pohon asem ini tampil tanpa daun, lekuk-lekuk rantingnya indah. Hebat sekali seniman yang memolesnya. Memandangnya membawa rasa dan menerbangkan imajinasi ke alam imajiner.

Kinar belajar menggunting daun.

Sayangnya itu hanya sesaat, ketika mata mulai terbuka lebar, memberi isyarat kepada pengolah rasa, seperti ada yang salah.Ah, mungkin itu hanya kilatan-kilatan saja. Waktu berlalu. Setiap memandangnya, rasa ganjil semakin dominan. Keseimbangan antara kanopi, cabang, ranting, batang dan akar seperti ada yang mengganjal. Bukan masalah benar atau salah. Mata, rasa dan kata mengkonfirmasi keseimbangan pohon asem tersebut terganggu oleh tidak proporsionalnya elemen-elemen pohon tersebut. Beberapa elemen harus dihilangkan untuk membangun elemen baru.

Desain pohon asem ini harus disederhanakan, dimulai dari awal, yaitu gerak batang. Potong sana potong sini, cabang utama yang menjadi crown aku potong. Ranting dikurangi drastis. Media tanam yang sebelumnya tanah kuganti dengan 100% pasir malang. Tidak ada pengurangan akar supaya tanaman bisa recover. Pohon asem kubiarkan istirahat 6 bulan. Oktober 2012, pohon asemku menunjukkan kalau dirinya sudah recover, sudah tumbuh subur dan siap untuk training lebih lanjut.


Pohon asem yang sudah kembali subur. Pohon ini mudah tumbuh tunas di posisi batang manapun (back budding).


Pagi-pagi ditemani sikecil, kupotong beberapa cabang yang dirasa sudah cukup besar supaya tumbuh ranting. Cabang yang lain masih kurasa belum pas proporsinya ya dibiarkan dahulu.

Tampak atas. Bekas potongan diawal-awal kegalauan masih tampak. Selain dua calon cabang utama.

Dua sisi siluet pohon asem.


Masih ada pekerjaan rumah untuk memperindah bekas potongan batang utama. Didekat potongan tersebut tumbuh calon cabang utama yang moga-moga membuat pertumbuhan diarea situ cepat (callusing) sehingga tidak perlu carving yang drastis. Asal sabar dan tak berhenti berdoa saja, hehehe 

Bagian ujung apa perlu sedikit diangkat/didongakkan ya untuk memberi ruang?

No comments:

Post a Comment